“ Jika kalian tidak berhati-hati,
maka koran (media) akan menjadikan kalian membenci orang- orang yang tertindas
dan mencintai para penindas” __ MALCOLM X____
Saat
berita tentang pembunuhan terhadap Malcolm Shabazz ( Kamis, 9 Mei 2013) menjadi pembicaraan panas
dalam diskusi online , tak juga kita temukan satu berita di media kita tentang
apa yang sesungguhnya terjadi pada cucu
aktivis Hak Asasi Manusia Malcolm X ini.
Saat
kejanggalan-kejanggalan seputar pemberitaan kematiannya mulai menyebar, media-media besar dunia yang notabene dijalankan untuk
kepentingan Zionis dan imperialisme modern , seolah berusaha menyembunyikan ikhwal sesungguhnya
tentang kematian Shabazz. Dunia
diarahkan untuk mempercayai bahwa
kematian Malcolm Shabazz adalah akibat kecerobohannya sendiri dan hasil dari “ kenakalan masa-lalunya” yang
tidak pernah benar-benar sembuh.
Di setiap pemberitaan
kematiannya, tak pernah lupa disinggung peristiwa saat ia berusia 12 tahun
dimana ia harus masuk panti rehabilitasi ( penjara) anak, akibat membakar rumah
dan menyebabkan kematian neneknya Betty Shabazz (
kejadian pembakaran dan meninggalnya Betty Shabazz ini, pada akhirnya
diklarifikasi sendiri oleh Shabazz bahwa ia dipaksa untuk mengaku bersalah agar
hukumannya diperingan. Sama seperti seluruh keturunan Afrika-Amerika lain yang bermasalah dengan hukum.)
Berita yang disebarkan oleh
New York Times, The Amsterdamnews, BBC,CNN dan media besar lainnya adalah bahwa
menurut keterangan Miguel
Suarez, aktivis buruh yang juga rekan
Shabazz, dia dan Shabazz dipukuli karena
pertengkaran soal tagihan sebuah bar di Mexico City.. Kemudian polisi setempat
menyatakan pula bahwa motif pembunuhan Shabazz lebih dikarenakan faktor
perampokan.
Namun mengapa kemudian
hanya Shabazz yang dipukuli kemudian dibunuh? Dimana Miquel sewaktu Shabazz
dipukuli dan dilemparkan dari jendela bar, tempat terakhir mereka berdua disana? Mengapa
atas masalah yang sama Shabazz dibunuh dan Miguel hanya diamankan di ruangan
lain? Mengapa pula seperti dilansir CNN,tak ada kamera CCTV yang menangkap
adegan pembunuhan tersebut karena beberapa kamera telah dipindahkan dan
sebagian lainnya menghadap ke dinding?
Sedangkan menurut sumber lain, dua
hari setelah penyerangan barulah polisi mencari kamera keamanan di bar yang
bersangkutan. Kemudian diketahui bahwa beberapa rekaman video telah hilang dan rekaman lain yang tertinggal hanyalah gambar-gambar yang menghadap dinding.
Mengapa harus menunggu dua hari untuk
mengamankan kamera CCTV yang seharusnya bisa menjadi sumber penting
terungkapnya kejadian sebenarnya?
Benarkah Shabazz dalam keadaan mabuk? Benarkah
pertengkaran yang terjadi hanya seputar pembayaran bill? Lalu kemanakah Miguel
kini?
Dimama Miguel Suarez?
Perlindungan saksikah? atau berada
bersama kelompok agen intelligent yang membunuh Shabazz?
Siapa dan Dimana dua
perempuan yang katanya menemani mereka malam itu? apakah kemunculan mereka
masih menunggu set berikutnya dipersiapkan?
Yang teraneh adalah,
mengapa Malcolm Shabazz berada di Meksiko sedangkan menurut keluarga, sebelumnya ia sama sekali tidak ada rencana
berpergian kesana? Shabazz justru tengah
merencanakan kepergiannya ke Los Angeles untuk membantu temannya menyelesaikan
rekaman? Siapa yang telah men set
kepergian Shabazz ke Meksiko? Dan mengapa setting pembunuhan dibuat di Meksiko?
Sama seperti kakeknya
Malcolm X, Shabazz menghabiskan sebagian masa lalunya dari penjara ke penjara
dengan segala ketidak adilan yang harus ia terima. Berada di penjara Attica ia bertemu dengan tahanan lain yang adalah
seorang Syi’ah Muslim. Setelah melalui
diskusi panjang dan memutuskan menjadi
seorang Muslim Syi’ah. Sekeluarnya dari
penjara Attica,ia memperdalam agama selama 8 bulan di Syiria.
Sepulang
dari Syiria, Malcolm Shabazz memutuskan untuk mengikuti langkah kakeknya
berdiri di poros perlawanan , menentang Zionisme dan pemerintahan Amerika. Malcolm Shabazz dikenal sebagai tokoh simpatik yang berhasil menarik perhatian
banyak kaum muda Amerika dari segala lapisan. Ia bisa hari ini berceramah di
masjid dan esok berbicara akrab dengan
anak-anak jalanan. Malcolm Shabazz
aktif membela hak-hak kaum tertindas.
Dalam pembunuhan
Trayvor Martin, Shabazz dengan lantang mengeluarkan pernyataannya bahwa Ratusan
kulit hitam dibunuh tanpa alasan yang jelas di Amerika. Selama masyarakat
menjadi kalangan menengah kebawah maka perbudakan akan terus berlaku bagi
mereka. Shabazz juga tegas menyatakan bahwa Presiden-Presiden Amerika hanyalah
sekedar boneka yang dijalankan oleh suatu kelompok yang mengontrol berjalannya pemerintahan
di negara itu.
Mengenai 9/11, ia menyatakan,
“ Muslimin tidak
melakukan penyerangan 9/11. Mereka tidak ada kaitannya dengan 9/11.”
Ia juga menambahkan,
"Jika Anda
membuat penelitian Anda akan melihat segala sesuatu yang digunakan dalam 9/11 merujuk
kembali ke Amerika Serikat --- pelatihan penerbangan, visa, pesawat yang mereka
gunakan, semuanya berasal dari Amerika Serikat”.
Di usianya
yang masih muda ini, Shabazz mulai menjadi bahaya laten bagi kepentingan
Amerika dan Zionisme. Shabazz aktif berbicara dari seminar ke seminar, ia pun tengah dalam proses penyelesaian bukunya dimana ia menyatakan, di buku itu ia
mengklarifikasi semua badai kesalah
pahaman yang telah ditiupkan oleh media pada dirinya dan keluarganya.
Di februari 2013, ia ditahan FBI tanpa alasan
yang jelas sesaat sebelum terbang menuju Iran guna menghadiri sebuah
konferensi tentang Hollywoodisme.
Beberapa
waktu sebelum pembunuhan terhadapnya, ia menulis bahwa ia merasa akun
facebooknya telah di hack karena beberapa temannya menerima pesan-pesan bernada
aneh yang tak pernah ia kirim. Berkali-kali Shabazz menyatakan bahwa ia tengah
diawasi dan diikuti terus-menerus.
Dan skenario
untuk mengakhiri kehidupan pangeran kulit hitam ini akhirnya benar-benar
diwujudkan di Meksiko, negeri kulit coklat. Tak aneh bila timbul spekulasi bahwa Hal ini disengaja, untuk menutupi bahwa Shabazz
mati bukan karena pergerakannya. Si kulit hitam dibunuh di tengah-tengah kaum
kulit coklat,bukan kulit putih.
Semua
media Zionis kemudian berusaha menenggelamkan kasus ini degan menebar
propaganda dan menjadikannya sebagai sekedar kasus perampokan. Bersama dengan itu, berita-berita bias ini juga tak
lupa memunculkan kasus-kasus kriminal yang pernah dialami Shabazz. Seolah meyakinkan masyarakat dunia, bahwa
Shabazz memang “layak mati.”
Keputusan
membunuh Shabazz disaat ia belum terlalu jauh melangkah adalah langkah yang
mereka anggap paling tepat. Dengan sosoknya yang Kharismatik, Shabazz dengan mudah akan
segera menjadi seorang aktivis kemanusiaan yang sangat berpengaruh. Bila hal
itu terjadi, maka akan sulit membunuhnya, kemudian menyebar propaganda ke
media untuk mengaitkan kematiannya
dengan masa lalunya yang kelam dan meyakinkan dunia bahwa Shabazz hanyalah
seorang “ preman”.
Jika, sampai buku yang ditulisnya selesai dan
menyebar ke publik, maka akan jadi mencurigakan bila ia dibunuh. Mungkin pula
akan timbul reaksi yang merugikan.
Jika,
suatu saat ia bisa benar-benar ke Iran dan menjadi dekat dengan negara yang
ditakuti Amerika itu, maka ia akan
menjadi sosok kuat yang sulit dihilangkan.
Jadi,
sebelum mereka benar-benar dirugikan, Malcolm Shabazz harus mati. Mati sebelum
ia melangkah terlalu jauh dari masa lalunya, selagi propaganda masih bisa disebarkan ke seluruh media bahwa
yang mati hanyalah “ seorang pemuda bermasalah, dengan sejarah kriminalitas
dimasa lalunya.”
Ironis,
karena yang terjadi pada Malcolm Shabazz sama persis seperti yang pernah ia
nyatakan dua bulan lalu dalam postingnya,
sebelum pembunuhan terhadap dirinya terjadi .
Dalam
postingnya di akun facebook Cynthia
McKinney seorang aktivis Amerika Serikat, Shabazz mengemukakan mengenai FORMULA
PEMBUNUHAN PUBLIK.
“ Rumus untuk pembunuhan publik adalah: pembunuhan
karakter sebelum pembunuhan fisik, jadi seorang harus dibuat “layak mati” didepan
mata publik agar akhirnya pembunuhan mereka kemudian dianggap dibenarkan.
Dan
ketika saatnya tiba pembunuhan ini harus
dilakukan, Anda tidak akan melihat agen
CIA dengan jas & dasi, dan lencana
yang mengatakan "CIA" berjalan
menuju target dan membidikkan senjata.
Apa yang
akan mereka lakukan adalah mengerahkan departemen kepolisian setempat di
wilayah target mereka, dan mempekerjakan orang yang terlihat seperti berkepentingan
dengan target, untuk menyusup dan bekerja dalam rangka mengatur kondisi agar akhirnya, pembunuhan (entah itu berupa
karakter, fisik / penahanan, pengasingan) bisa benar-benar terjadi.”
INNA
LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN.......